Bulan Juli 1518, wabah menakutkan dan misterius melanda kota abad pertengahan Strasbourg. Ratusan pria dan wanita menari gila-gilaan, hari demi hari, di musim panas paling menyiksa. Kendati kaki melepuh dan berdarah, sekujur badan sakit akibat kelelahan, mereka tidak bisa berhenti. Sepanjang Agustus dan awal September, makin banyak orang terseret oleh dorongan menggentarkan serupa. Saat epidemi mereda, hawa panas dan kelelahan menuntut nyawa tak terhitung jumlahnya, menyebabkan ribuan orang mengalami kekacauan dan kehilangan, juga teka-teki abadi bagi generasi berikutnya. Buku ini menjelaskan mengapa wabah tarian Strasbourg terjadi, membawa kita ke sebuah dunia yang sebagian besar lenyap, membangkitkan pandangan, suara, aroma, penyakit dan penderitaan, supranaturalisme kuat dan hedonisme menyedihkan di dunia akhir abad pertengahan. Buku ini sekaligus memaparkan wawasan kreatif tentang perilaku orang-orang kaya ketika terdesak di luar batas daya tahan mereka. Bukan sekadar kisah detektif bersejarah jempolan, A Time to Dance, A Time to Die juga mengeksplorasi kemampuan berpikir manusia paling aneh dan ekstrem sebagai pemicu ketakutan dan irasionalitas.
Less